info sangatta

info sangatta

Jumat, 14 Desember 2012

Bengalon Rawan Demam Berdarah

Sangatta — Kondisi cuaca yang
berubah-ubah menjadi salah satu
factor penyebab meningkatnya
kasus Demam Berdarah Dengue
(DBD) di Kecamatan Bengalon.
Bahkan berdasarkan laporan
terakhir, tercatat sebanyak 11 kasus
DBD  terjadi di wilayah tersebut.
Kepala Dinas Kesehatan Kutai Timur
(Kutim) Marthen Luther
menyebutkan, jika dibandingkan
tahun sebelumnya jumlah kasus
DBD khusus di wilayah Bengalon
memang mengalami peningkatan.
Sehingga pihaknya pun mulai
meningkatkan kewaspadaan dengan
melakukan berbagai langkah
pencegahan.
“Untuk 2010 memang sempat terjadi
34 kasus DBD di Bengalon dengan 3
orang meninggal dunia. Namun
pada 2011, jumlah kasus DBD di
wilayah tersebut tidak ada. Baru
memasuki akhir 2012 terjadi 11
kasus DBD,” ungkap Marthen
didampingi Kepala Seksi
Pemberantasan Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan (P2PL) M
Yusuf.
Kendati demikian, Marthen
mengaku, jika melihat data lingkup
kabupaten hingga November 2012
baru terjadi 102 kasus DBD dengan
1 orang meninggal. Jumlah ini
masih lebih rendah dibandingkan
pada 2011 yang mencapai 107
kasus dan pada 2010 yang
mencapai 427 kasus serta 7 orang
meninggal. “Kutim memang
merupakan salah satu kawasan
endemis (rawan) DBD kedua
terbesar di Kaltim. Namun berkat
peranan Kader Juru Pemantau
Jentik (Jumantik), kasus DBD
tersebut dapat berkurang. Saat ini
total jumlah Kader Jumantik di
Kutim mencapai 227 orang yang
tersebar masing-masing 2 petugas
di setiap RT yanga tergolong rawan
kasus DBD. Tugasnya memberikan
sosialisasi tentang bahaya DBD dan
membagikan bubuk abate. Selain itu
mereka juga melakukan
pemantauan terhadap Angka Bebas
Jentik (ABJ) di wilayahnya masing-
masing,” jelas Marthen.
Ia juga menambahkan, kesadaran
warga untuk aktif melaksanakan
PSN (Pemberantasan Sarang
Nyamuk) juga memegang peranan
penting guna menekan kasus DBD di
Kutim. Sebab, pemberantasan
nyamuk pembawa bibit penyakit
DBD, tidak hanya dilakukan dengan
metode foging (pengasapan) saja.
Namun juga perlu dilakukan dengan
melaksanakan program 3 M yakni
menutup tempat-tempat yang dapat
menyimpan air, kemudian
mengobatinya dengan bubuk abate
dan menimbun kaleng atau wadah
yang tidak digunakan. (GWP)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar