info sangatta

info sangatta

Minggu, 16 Desember 2012

Dukung Subekti, Amins Beber “Rahasia” Faroek

SAMARINDA - Sang jenderal mantan
Pangdam VI Mulawarman, Mayjen
Subekti, kemarin “dibisiki” trik
menghadapi Awang Faroek Ishak dalam
pemilihan gubernur Kaltim (pilgub) 2013.
Tak tanggung-tanggung, yang membeber
“rahasia” melawan Faroek itu adalah
sang musuh bebuyutan; Achmad Amins.
Ya, Achmad Amins memang menjadi
lawan besar Awang Faroek dalam Pilgub
2008 lalu. Sedikit me-review ke belakang,
keduanya bahkan berkutat dalam perang
taktik hingga putaran kedua.
Faroek-Amins juga terlibat dalam polemik
gugatan putaran pertama. Saat itu, kubu
Awang Faroek yang sempat unggul,
menyoal penggunaan UU Nomor 12/2008
oleh KPU Kaltim. Aturan ini mengatur,
bila tak ada pasangan yang mencapai 30
persen, maka akan digelar putaran dua.
Menurut kubu Awang Faroek saat itu,
KPU Kaltim harusnya tetap menggunakan
UU Nomor 32 tahun 2004, karena UU
12/2008 baru disahkan setelah pilkada
Kaltim berjalan setengah jalan.
Tim politik Faroek jelas saja mendukung
UU Nomor 32/2004, karena mengatur
bahwa suara minimal 25 persen lebih
sudah memastikan pemenang pilkada.
Saat itu, suara Awang Faroek tertinggi,
dan telah di atas 25 persen. Bergulirnya
gugatan ini di pengadilan, menjadi
strategi Faroek menggalang simpati. Dan
terbukti, di putaran kedua, Faroek unggul
dari Amins, dengan perolehan suara di
atas angka 58 persen. Sebagai Wali Kota
Samarinda, Amins memang mengalahkan
Faroek di ibu kota, tapi tidak menang
telak.
Inilah yang menjadi salah satu penyebab
utama kekalahan Amins 2008 silam.
Meski kalah, Amins jelas punya
pengalaman dan berbagai rahasia dari
pengalaman “perang habis-habisan”
melawan Faroek itu. Apalagi, baik di
putaran 1 dan 2, kedua kubu all out. Baik
dalam melakukan “serangan udara” lewat
pencitraan di media, dan “perang darat”
melalui sosialisasi dan pendekatan
langsung ke masyarakat. Amins,
tampaknya tak ragu-ragu membeber
kelemahan Faroek dan strategi politiknya
kepada Subekti.
Bisa jadi, lewat Subekti inilah, Amins
akan membalas kekalahannya 5 tahun
lalu. “Saya akan membantu Pak Subekti,”
tegas Amins. Tak hanya berbagai
pengalaman dan strategi politik, Amins
bahkan sudah menyiapkan orang khusus
untuk membantu tim Subekti. Pernyataan
itu disambut antusias Subekti. “Saya
merasa sangat terhormat bisa bertemu
Pak Amins. Apalagi mendapat masukan
dari figur berpengalaman seperti Achmad
Amins,” ujar Subekti. Kemarin, sang
jenderal meneruskan manuver politiknya.
Dia mendaftar sebagai calon ke DPD
Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) Kaltim
dan PAN. Saat mendaftar, Subekti
ditemani Sekretaris Persekutuan Dayak
Kalimantan Timur (PDKT) Firminus
Kunum, Ketua PDKT Samarinda Rudianto
Sulisthio dan Ketua Gerakan Pemuda Asli
Kaltim (Gepak) Abraham Ingan. “Ini
sungguh sebuah kehormatan bagi kami.
Biasanya yang datang ke sekretariat ini
adalah jenderal purnawirawan. Termasuk
Pak Wiranto (ketua umum DPP Hanura,
Red.).
Tapi kali ini yang datang jenderal aktif,”
ujar Herwan Susanto, ketua DPD Hanura
Kaltim yang menerima Subekti bersama
Sekum DPD, Mudiyat Noor, Ketua DPD
Hanura Kutim Abdal Nanang dan
pengurus DPD Hanura sejumlah
kabupaten-kota. Herwan menegaskan,
partai bentukan mantan Panglima TNI
Wiranto ini tak akan menjadi penonton
dalam pesta demokrasi tahun depan.
Pilgub 2013 adalah momen pertama
Hanura bisa berpartisipasi dalam Pilkada
Kaltim sejak Pemilu 2009. “Kami harus
menjadi pengusung, tidak ingin hanya
mendukung.
Kami tidak ingin berada di luar lingkaran
untuk mencapai Kaltim yang lebih baik,”
terang dia. Peluang Subekti untuk
diusung Hanura, kata Herwan, sangat
besar. Keputusan berada di tangan DPC-
DPC yang berada di daerah. “Pak Subekti
sangat berpeluang. Tingggal bagaimana
pertimbangan DPC di kabupaten/kota,
karena mereka lah yang menjadi ujung
tombak untuk memenangkan calon yang
diusung Hanura nanti,” ujar Herwan.
“Setelah calon mendaftar, akan diproses
secara adminsitrasi maupun
pertimbangan politik baik di kabupaten/
kota atau provinsi, kemudian diusulkan ke
DPP untuk diputuskan,” tambah dia.
Meski keinginan Hanura mendobrak
dominasi incumbent (gubernur saat ini
yang ikut bersaing dalam pilkada) tengah
menggebu, hingga kemarin baru Subekti
yang mendaftar.
Itulah yang membuat Herwan menilai,
figur-figur lainnya, khususnya di Kaltim,
masih “tidur”. Dia menilai ada semacam
ketakutan atas kokohnya dominasi
Awang Faroek Ishak sehingga Hanura
terpanggil untuk mendobrak hal tersebut.
“Gubernur nanti harus mampu
mendengar aspirasi masyarakat dan
legislatif. Untuk mengalahkan incumbent,
harus dengan pendekatan hati nurani,”
tandas dia. Sementara itu Subekti
memprediksi panggung Pilgub Kaltim
tahun depan hanya dihiasi dua pasangan
calon.
Dia menilai, saat ini belum ada greget
dari calon lainnya. Kader-kader lokal
Kaltim dianggap belum termotivasi dan
tertantang untuk menuju pembangunan
yang lebih baik. “Prediksi saya Pilgub
nanti hanya bakal diramaikan dua
pasangan calon. Kalaupun ada yang
ketiga, itu hanya pelengkap pesta
demokrasi. Karena selama ini, sebelum
saya ikut mendaftar, belum ada yang
berani secara eksplisit untuk
mencalonkan diri,” ujar Subekti usai
menyerahkah berkas pendaftaran ke
Hanura, kemarin.
Hanura adalah partai ketiga yang yang
dilamar Subekti. Sebelumnya, dia sudah
minta restu dari PDI Perjuangan dan
Partai Demokrat. Sesaat setelah
melangsungkan proses lamaran di
Hanura, Subekti langsung menuju kantor
DPW PAN Kaltim di Jalan Awang Long
Samarinda. Maksud dan tujuan sama,
mendaftar sebagai bakal calon gubernur
Kaltim di partai berlambang matahari itu.
Menurut Subekti, untuk maju di pentas
Pilgub nanti, dia membutuhkan banyak
dukungan. Sebagai seorang yang berasal
dari kalangan militer, dia tak punya
kendaraan politik.
Sebab itu, Subekti merasa harus
mendapat dukungan masyarakat luas
yang diwakili partai-partai politik yang
dilamarnya. “Saat ini saya merasa belum
memiliki kendaraan yang cukup,” tegas
dia. Untuk bertarung di panggung Pilgub,
Subekti mempertaruhkan status
kemiliteran yang masih disandang hingga
empat tahun ke depan. Keputusan maju
sebagai penantang pasangan Awang
Faroek Ishak-Mukmin Faisjal HP, secara
otomatis membuat dia harus
meninggalkan jabatan Rektor Universitas
Pertahanan yang baru disandangnya
selama beberapa hari.
Jika terpilih jadi gubernur, ia harus
pensiun dari TNI. “Saya optimistis
menang di Pilgub nanti,” ujar dia. Subekti
juga pernah berucap, “seorang tentara
tidak akan maju kalau tidak pasti
menang”. Subekti mengklaim
mengemban amanah dari masyarakat
Kaltim yang menginginkan terwujudnya
perubahan-perubahan besar pada
pembangunan Bumi Etam. Jika terpilih
nanti, dia berjanji akan mengoptimalkan
pembangunan infrastruktur, menangani
persoalan banjir, macet, jalan rusak, dan
semua keterbatasan pembangunan di
bawah kepemimpinan terdahulu.
Lebih dari itu, pembukaan isolasi
kawasan perbatasan juga disebut
menjadi prioritas untuk mengurangi
ketergantungan terhadap negara
tetangga. Terpisah, Sekretaris DPW PAN
Kaltim Dwiyanto Purnomosidhi yang
menerima lamaran Subekti kemarin
mengatakan, belum ada syarat khusus
yang diajukan kepada calon yang
mendaftar. Berkas akan dilaporkan ke
DPP untuk diputuskan. “Keinginan partai
nanti akan dipertajam pada saat pleno
sebelum memutuskan memberi dukungan
atau tidak,” ujar dia.
Hingga kemarin, baru Subekti dan Faroek
dari luar partai yang mendaftar.
Sementara dari internal, Ketua DPW PAN
Darlis Pattalongi sudah menyatakan siap
diusung. Meski demikian, PAN belum
membuat keputusan. “Pertimbangan
utama adalah kemampuan membawa
Kaltim menjadi lebih baik. Selain itu,
pembicaraan dengan partai calon koalisi
juga menentukan. Keputusan politis kita
harapkan tercapai sebulan sebelum
pendaftaran KPU,” tutup Dwiyanto. (dwi/
che2)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar