info sangatta

info sangatta

Senin, 10 Juni 2013

Sangatta Dapat Sertifikat Adipura Tiga SD Terima Adiwiyata

SANGATTA. Usaha Pemkab Kutim untuk
menjadikan wajah kota Sangatta lebih
bersih, akhirnya berhasil. Bahkan usaha ini
mendapat penghargaan berupa perolehan
Sertifikat Adipura untuk katagori Kota Kecil.
Demikian diakui Kepala Unit Pelaksana
Teknis Kebersihan, Basuki.
“Tahun ini Sangatta dapat Sertifikat
Adipura. Ini prestasi dan tantangan besar
bagi jajaran PU dan UPTD Kebersihan ke
depan agar lebih baik lagi,” kata Basuki.
Dasuki menyebutkan, setelah menerima SK
Menteri Lingkungan Hidup, ia bersama
Kadis PU Aswandini serta Wabup
Ardiansyah Sulaiman merencanakan ke
Jakarta untuk menerima sertifikat ini dari
Menteri Lingkungan Hidup. Pada Rabu
pagi, sertifikat akan tiba di Sangatta untuk
kemudian langsung dibawa ke Upacara
Peringatan Hari Lingkungan Hidup di
kantor bupati.
“Meski sertifikat, sungguh ini luar biasa
bagi saya dan teman-teman yang
bertanggung jawab untuk masalah
kebersihan,” kata mantan wartawan Sapos
ini.
Dijelaskannya, perubahan mendasar yang
membuat Sangatta layak mendapat
sertifikat ini adalah pembenahan
kebersihan Sangatta. Tak ada sampah di
median jalan, dan ketersediaan tempat
pembuangan sementara (TPS) terbilang
baik. Sampah pun diangkut tepat waktu,
ditambah meningkatnya partisipasi
masyarakat berupa ketertiban membuang
sampah. Selain itu, tempat pembuangan
akhir (TPA) pun sudah memadai.
“Keadaaan pasar, RSU Sangatta serta
Fasum (fasilitas umum, Red) lainnya juga
memberi nilai tersendiri dalam peningkatan
penilaian dari 61 ke 67, peningkatan nilai
itu terjadi dalam kurun waktu enam bulan
saja,” katanya.
Berdasarkan Keputusan Menteri LH nomor
192 tahun 2013, tertanggal 3 Juni 2013,
warga Kutim juga mendapatkan
kebanggaan tambahan. Pasalnya, selain
menerima Sertifikat Adipura, ada tiga
sekolah menerima penghargaan Adiwiyata
Mandiri. Yaitu SD 06 Sangkulirang, SD 1
dan 3 YPPSB.
“Penghargaan Adiwiyata akan diserahkan
bersamaan dengan Sertifikat Adipura,
sedangkan penyerahan piala Adipura akan
dilakukan di Istana Negara pada Senin
pagi,” jelas Dewi dari Badan LH Kutim. (jn/
lee) sapos.co.id

Serahkan Buku Tulis, Agar Tak Dijadikan Linting Tembakau 7.258 Siswa SD-SMP Kutim Terima BSM

SANGATTA. Sebanyak 7.258 siswa SD, SMP
dan sederajat di Kutim menerima Bantuan
Siswa Miskin (BSM) dengan nilai total Rp
2,898 miliar.
Kepala Dinas Pendidikan Kutim Imam
Hidayat menjabarkan, dari 7.258 siswa
penerima BSM, 4.082 adalah murid SD, dan
3.176 siswa SMP sederajat. Nilai bantuan
per orang untuk SD sebesar Rp 360 ribu
per tahun per murid, totalnya sebesar Rp
1.469.520.000. Sedangkan untuk SMP
sebesar Rp 560 ribu per tahun per siswa
atau sebanyak Rp 1.429.200.000 secara
keseluruhan.
“Sesuai aturan pembagian BSM dilakukan
melalui nomor rekening siswa dan tidak
boleh diwakilkan, kecuali ada surat kuasa
dengan alasan tertentu,” kata Imam
Hidayat.
Diakui, kendala yang dihadapi saat ini
adalah pemberian bantuan bagi penerima
BSM yang berada di daerah pedalaman
yang terpencil maupun pesisir. Misalnya,
siswa yang berada di Kecamatan Kaliorang,
Karangan, Kaubun dan Sandaran terhalang
risiko gelombang besar untuk datang ke
Kantor Pos Sangkulirang guna mengambil
bantuan.
Sementara itu, Kepala SDN 009 Desa
Kaliorang, Kecamatan Kaliorang, Rusnomo
mengatakan, BSM ini memang mampu
mengatasi persoalan orangtua murid yang
tergolong miskin, termasuk puluhan anak
dari suku Basap.
Dijelaskan Rusnomo, SD yang dipimpinnya
memiliki 155 murid. Mayoritas
mendapatkan BSM dan 34 murid di
antaranya berasal dari suku Basap.
“Untuk dari siswa suku Basap ini, BSM
diberikan dalam bentuk buku, sepatu, tas,
baju seragam dan biaya transportasinya,”
kata Rusnomo.
Dikatakan Rusnomo, pada tahun lalu
bantuan memang diberikan dalam bentuk
uang tunai, tetapi uang itu dihabiskan
orangtua murid dari suku Basap untuk
membeli tembakau, rokok dan kebutuhan.
Makanya tahun ini, bantuan langsung
diganti dengan barang.
Khusus untuk buku tulis, pihak sekolah
kerap kewalahan. Setiap hari, murid
menggunakan satu buku tulis. “Setelah
kami telusuri ke rumahnya, ternyata buku
tulis anaknya digunakan orangtuanya
untuk melinting rokok,” katanya.
Dengan demikian, Rusnomo mengatakan
pihaknya harus mendirikan sekolah filial
khusus untuk anak suku Basap, karena
banyak di antara mereka tidak mau sekolah
naik kendaraan. Maunya jalan kaki.
Padahal jarak antara pemukiman mereka
dengan sekolah adalah sekitar 5 Km.
Karena itu, sekolah filial yang berlokasi
lebih dekat, digunakan mengajari anak-
anak suku Basap agar memiliki
kemampuan menulis dan keterampilan
umum lainnya.
“Untuk tahun 2013 ini, BSM belum cair,
karena Kantor Pos di Sangkulirang masih
rusak. Saya sudah hubungi petugas Kantor
Pos Sangkulirang, tapi katanya alat rusak
jadi dananya belum bisa cair,” tukas
Rusnomo. (jn/lee) sapos.co.id

Pemerintah Targetkan Bangun 1000 Unit Rumah Miskin Sampai 2015

SANGATTA. Pemerintah Kutai Timur
menargetkan untuk membangun 1000 unit
rumah hingga 2015 akan datang. Karena
itu, tahun depan akan membangun 300
unit rumah lagi, sementara tahun 2015
akan dibangun 250. Demikian diakui Kepala
Badan Pemberdayaan Masyarakat
(Bapemas) Erlyan Noor didampingi Lamhok
Siregar, pada wartawan beberapa hari lalu.
“Bupati Kutim Isran Noor mentargetkan
akan bangun 1000 unit rumah hingga 2015
akan datang,” jelas Lamhok.
Dikatakan, dengan target ini, maka tahun
depan direncanakan akan dibangun 300
unit rumah lagi. Naik 50 unit dari tahun ini
yang hanya 250 unit. Pembangunan 300
unit ini untuk mengejar kekurangan tahun
2012 lalu yang hanya membangun 200
unit.
“Jadi, kalau tahun lalu 200, tahun ini 250,
tahun akan datang 300 dan tahun 2015,
250. Jadi jumlahnya 1000,” katanya.
Namun, diakui rencana ini sangat
tergantung pada anggaran. Kalau
pemerintah merencanakan seperti itu,
hanya dapat direalisasaikan jika
anggarannya disetujui oleh DPRD. “Tapi
untuk tahun 2014, dalam musrembang
kami sudah ajukan. Kami berharap
anggarannya disetujui, untuk
merealisasikan proyek ini tahun depan,”
katanya.
Dikatakan, pembangunan rumah ini masih
tetap menggunakan pola PNPM (Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat)
mandiri. Dimana pembangunannya
dikerjakan masyarakat setempat. Dengan
anggaran Rp50 juta satu untit rumah.
Dengan pola ini, menurut pengalaman
ternyata rumah tipe 36 dengan berbagai
fasilitasnya berhasil dibangun dengan
baik.
“Ada masyartakat yang bangun rumah
permanen, ada pula yang dibangunkan
rumah dari kayu. Ini tergantung
pemiliknya, dan kondisi lahannya. Karena,
kalau anggarannya hanya Rp50 juta, maka
rumah tidak akan selesai kalau harus
diratakan terlebih dulu. Tapi kalau tanah
siap bangun, maka untuk anggaran
sebesar itu cukup untuk bangun rumah
permanen. Hanya tanpa plapon,” jelas
Lamhok.
Lamhok pun mengakui, sebenarnya
masyarakat yang hendak dibantu, bukan
hanya seribu, namun  lebih dari itu. Namun
tentu dibantu secara bertahap, dengan
skala prioritas, maka rumah yang tidak
layak huni akan dapat dituntaskan
perbaikannya dalam beberapa tahun ke
depan.
“Sebab bantuan perbaikan itu bukan hanya
dari Pemda, tapi juga ada dari pusat, ada
dari Provinsi. Hanya modelnya beda.
Tahun ini perbaikan pusat 500 unit,
dengan dana Rp7,5 juta per rumah.
Provinsi juga bangun di Kecamatan Muara
Ancalong sebanyak 80 unit rumah. Jadi
kalau bantuan terus berlanjut maka pasti
program perbaikan rumah ini mampu
mengurangi rumah miskin,” katanya. (jn) sapos.co.id

Kamis, 06 Juni 2013

Turap Ambruk Terus Bertambah

SANGATTA. Kondisi turap di Dusun Pantai,
Desa Singa Geweh, Kecamatan Sangatta
Selatan, semakin memprihatinkan.
Pasalnya kerusakan turap terus bertambah.
Hal tersebut membuat banyak warga
meninggalkan rumahnya karena khawatir
akan menjadi korban.
Tim Pusdalops Penanggulangan Bencana
BPBD Kutai Timur, yang terus memantau
keadaan melihat, tanah yang mengalami
pergeseran semakin banyak bahkan
melebar. Salah satunya di kediaman H Sati.
Di rumah itu dua pekan lalu belum
bergeser, namun kini sudah rusak.
“Keluarga Sati sudah pindah karena
mereka khawatir dengan kondisi tanah
yang sudah terbuka, termasuk bangunan
rumahnya yang retak karena dampak
pergeseran tanah,” jelas Kepala BPBD
Kutim, Zainuddin Aspan melalui Kabid
Kedaruratan, Logistik dan Peralatan (KLP)
Syafranuddin, Rabu (5/6).
Disebutkan, rumah yang berada tepat di
tepi turap Sungai Sangatta, sudah
mengalami kerusakan meski kontruksinya
terbuat dari kayu. Mengamati keadaan
tanah, Tim Pusdalops BPBD Kutim
menemukan titik retakan yang mengarah
ke hulu Sungai Sangatta. Bahkan di
kediaman Guntur Aprianto yang berjarak
sekitar 20 meter dari H Sati, sudah terkena
imbasnya.
Menurut Syafranuddin, mereka tidak bisa
berbuat banyak untuk mengatasi ambruk
dan longsornya tanah di Dusun Pantai itu,
kecuali mengingatkan warga di sekitar
lokasi untuk waspada.
“Kami dari BPBD tidak berharap retakan
semakin meluas, tapi kenyataannya
retakan semakin meluas saja bahkan ada
air keluar. Padahal kondisi permukaan air
Sungai Sangatta surut. Melihat keadaan
ini, kami minta warga untuk menjauhi
lokasi tanah longsor karena bisa jadi tanah
ambruk dalam ukuran cukup luas seperti di
Cimahi Jawa Barat, yang menenggelamkan
ratusan rumah dalam waktu beberapa
menit,” ungkap pria yang biasa disapa Ivan
ini.
Sekedar diketahui, turap penahan abrasi
Sungai Sangatta pada Kamis (23/5) pukul
23.00 Wita lalu, ambruk saat berlangsung
pesta pernikahan. Bersamaan ambruknya
turap, terjadi pula tanah longsor yang
menyebabkan sejumlah rumah rusak. Hal
ini membuat BPBD Kutim melakukan tindak
cepat dengan mengevakuasi warga ke BPU
Singa Geweh. Kini kawasan tepi sungai
terutama dekat lokasi, sudah sepi dari
warga. (jn/upi)