info sangatta

info sangatta

Selasa, 18 Desember 2012

Dongwha Bakal PHK Massal?

PENAJAM - Manajemen perusahaan kayu
lapis PT Inne Dongwha di Jenebora,
Kecamatan Penajam, Penajam Paser
Utara dalam beberapa hari terakhir ini
sedang merumuskan cara terbaik untuk
menutup operasional perusahaan, dan
melakukan pemutusan hubungan kerja
(PHK) massal. Kondisi keuangan
perusahaan yang terus memburuk dalam
kurun waktu empat tahun terakhir secara
berturut-turut menyebabkan perusahaan
Korea-Indonesia (Korindo) Grup ini
mengambil keputusan pahit.
Humas PT Inne Dongwha, Badaruddin
dihubungi koran ini kemarin mengatakan,
ada rencana PHK massal karena
perusahaan pailit. Hanya saja, apakah
rencana PHK ini sudah jadi kesepakatan,
Badaruddin tidak menjawab. Namun,
keterangan dari sejumlah karyawan
menyebutkan, informasi terakhir PT Inne
Dongwha segera tutup dan berdampak
terjadinya PHK ribuan tenaga kerja.
Bahkan, beberapa situs jejaring sosial
pertemanan kemarin mengungkapkan
telah terjadi kesepakatan PHK massal,
dan pesangon sesuai ketentuan
pemerintah dibayarkan hingga 2012
berakhir.
General Manager PT Inne Dongwha Kim
Geun Tae yang dihubungi terpisah,
kemarin, menampik berita tentang telah
terjadi kesepakatan uang pesangon
kepada sedikitnya 1.800 karyawan, yang
dibayarkan sampai akhir 2012 ini.
“Belum ada sepakat dengan Serikat
Pekerja. Jadi, mana bisa ada berita
seperti itu. Memang, saat ini kami lagi
nego,” kata Kim Geun Tae.
Ketua Federasi Serikat Pekerja Perkayuan
dan Kehutanan Indonesia (FSP-
Kahutindo) Penajam Paser Utara Karyono
hingga kemarin belum berhasil dihubungi
berkaitan dengan kolapsnya perusahaan
ini. Ia pun tidak menjawab pesan pendek
konfirmasi yang dikirimkan media ini ke
nomor telepon selulernya.
Beberapa hari sebelumnya, Kim Geun Tae
kepada media ini mengeluhkan
perusahaan mengalami persoalan
keuangan yang cukup serius sudah
berlangsung selama empat tahun terakhir
ini. “Walaupun begitu, kami tetap
berupaya agar perusahaan tetap survive,
dan menyelamatkan perusahaan dan
karyawan dari kebangkrutan,” kata Kim
Geun Tae.
Diungkapkan, tak hanya kesulitan
mendapatkan pasokan bahan baku kayu
saja, perusahaannya juga harus
berhadapan dengan produksi kayu lapis
dari Tiongkok dan Malaysia, yang kini
menguasai pasar dunia, terutama Timur
Tengah. “Kalau soal UMK tidak apa-apa.
Hanya memang kenaikannya terlalu
tinggi, sehingga prediksi 2013 bagi
perusahaan cukup berat,” ujarnya.
Saat ini, kata dia, perusahaan sedang
mempersiapkan sejumlah skenario atau
opsi untuk menyelamatkan kinerja
perusahaan, di antaranya, mengurangi
jam kerja. “Beberapa opsi untuk
menyelamatkan perusahaan dan
karyawan sudah disusun, tetapi
semuanya tergantung owner perusahaan
di Jakarta,” tuturnya, seperti diwartakan
media ini sebelumnya. Sejak tiga hari lalu
owner perusahaan ini turun ke Jenebora
untuk memantau dan mengambil
langkah-langkah penyelamatan
perusahaan.
Data yang didapatkan koran ini, jumlah
produksi perusahaan ini terus menurun
drastis sejak 5 tahun lalu. Contohnya,
pada 2008 silam hanya mampu
memproduksi tripleks kualitas ekspor
terbatas 8.000 meter kubik saja. Tidak
hanya tuntutan UMK yang tinggi, krisis
ekonomi global yang terjadi di Amerika
pada tahun itu juga memberi dampak
buruk bagi performance perusahaan ini.
Produksi Kontrol PT Inne Dongwha,
Suminto, mengatakan, perusahaan
patungan ini tidak bisa mendongkrak
pendapatan dengan mengandalkan
penjualan tripleks untuk kawasan lokal,
karena presentasenya sangat kecil.
Sehingga, satu-satunya cara menggenjot
pendapatan hanyalah melalui produksi
kayu lapis ekspor, yang saat ini harus
meningkatkan kualitas bila harus
mengalahkan pesaing dari China dan
Malaysia. Pada 2008 lalu tercatat
perusahaan ini meliburkan karyawannya
hingga sepekan lebih. Alasan libur karena
tidak ada order dampak krisis global.
(ari/lhl/k1)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar