info sangatta

info sangatta

Jumat, 04 Januari 2013

44% Siswa Setuju Hubungan Sex Saat Pacaran

Duh Gusti, sudah demikian parahkah
kondisi pelajar kita ini ? Sungguh
mengagetkan sekaligus menyedihkan
sekali, membaca sebuah artikel di media
Hidayatullah Online. Riset ini dilakukan
selama tahun 2012 kepada pelajar
Surabaya oleh lembaga pemerhati
pendidikan dan remaja, HotLine
Pendidikan didukung oleh Yayasan
Embun Surabaya ( YES ), Telpon Sahabat
Anak ( Tesa ) 129 Jatim dan Lembaga
Perlindungan Anak ( LPA ) Jatim.
Dalam penelitian ini, Hotline Pendidikan
menyebarkan questioner sebanyak 600
eksemplar dengan 32 item yang berisi
pertanyaan. Dari 600 eksemplar
questioner yang disebarkan, yang kembali
sebanyak 200 eksemplar untuk pelajar
putra dan 250 untuk pelajar putri.
Adapun hasil riset yang ‘mencengangkan’
itu sebagai berikut :
Mayoritas remaja  (rata-rata di bawah
usia 18 tahun) setuju jika pacaran disertai
hubungan intim. Bahkan sebanyak 16 %
sudah melakukannya.
Tempat-tempat yang digunakan
berpacaran dan hubungan seksual di
antaranya; Mall (49 %), Gedung Bioskop
dan kafe serta tempat hiburan yang
tertutup (27 %) , rumah (24 %), di sekolah
(16 %).
Bila aktifitas seksual itu dilakukan di
sekolah, aktifitas yang dilakukan adalah
ciuman, saling merabah bagian tubuh
lawan jenisnya . Aktifitas itu dilakukan di
kelas pada saat jam kosong sebanyak 22
%  pelajar memilihnya dan 13 % dilakukan
di kantin atau ditempat – tempat sepi d
lingkungan sekolah, seperti kamar mandi.
Aktifitas seksual biasanya terjadi di
momen-moment tertentu misalnya
lebaran, menjelang pergantian Malam
Tahun Baru, peringatan Valentine’s Day,
perayaan KELULUSAN. Bahkan yang
cukup mengejutkan, pasca puasa
Ramadhan atau Hari Raya.
Sumber informasi yang banyak menjadi
rujukan para pelajar untuk melakukan
aktifitas seksual adalah TV (57 %), teman
(53 %), HP dan internet (28 %), radio
(sebanyak 23 %), media cetak (22 %.).
Masya Allah, dari data di atas, yang
hanya dilakukan pada satu kota besar,
yakni Surabaya, tergambar jelas,
bagaimana pemahaman tentang seks
pada generasi muda kita (pelajar).
Sungguh mengerikan, ketika pemahaman
YES for FREE SEX sudah begitu mewabah
pelajar kita, apalagi jika tiap tahunnya
meningkat. Apa jadinya negeri ini, jika
pada usia sekolah itu, fokus orientasinya
“NGERES” yakni melulu SEX bahkan Free
Sex, bukan lagi BELAJAR dan Mengejar
Prestasi ?
Pertanyaan saya dalam hati, ini baru
hasil riset di Surabaya, bagaimana
dengan kota besar lainnya ? bagaimana
dengan Jakarta ? bagaimana dengan
kondisi para mahasiswa di Kampus ?
walah….ngeri…membayangkannya….
Ini adalah bukti, begitu dahsyatnya peran
Media Informasi dalam membentuk
watak/karaktek anak (pelajar). Tentunya
ini menjadi PR besar buat para orang tua,
pendidik, pemegang kebijakan negeri,
untuk memperhatikan lebih serius tentang
hal ini. Dan ternyata PR dunia pendidikan
kita itu begitu banyak, selain Tawuran
Pelajar/Mahasiswa, Merosotnya Ranking
Pendidikan kita di Dunia, Profesionalitas
Guru, dan hal lainnya.
Semoga kita nggak hanya sibuk berdebat
tentang KURIKULUM 2013, berdebat
tentang perlu tidaknya UN, namun lebih
jauh dari itu, kita pun harus memikirkan
dengan serius tentang Pola Pendidikan
Karakter anak negeri ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar