info sangatta

info sangatta

Senin, 10 Juni 2013

Serahkan Buku Tulis, Agar Tak Dijadikan Linting Tembakau 7.258 Siswa SD-SMP Kutim Terima BSM

SANGATTA. Sebanyak 7.258 siswa SD, SMP
dan sederajat di Kutim menerima Bantuan
Siswa Miskin (BSM) dengan nilai total Rp
2,898 miliar.
Kepala Dinas Pendidikan Kutim Imam
Hidayat menjabarkan, dari 7.258 siswa
penerima BSM, 4.082 adalah murid SD, dan
3.176 siswa SMP sederajat. Nilai bantuan
per orang untuk SD sebesar Rp 360 ribu
per tahun per murid, totalnya sebesar Rp
1.469.520.000. Sedangkan untuk SMP
sebesar Rp 560 ribu per tahun per siswa
atau sebanyak Rp 1.429.200.000 secara
keseluruhan.
“Sesuai aturan pembagian BSM dilakukan
melalui nomor rekening siswa dan tidak
boleh diwakilkan, kecuali ada surat kuasa
dengan alasan tertentu,” kata Imam
Hidayat.
Diakui, kendala yang dihadapi saat ini
adalah pemberian bantuan bagi penerima
BSM yang berada di daerah pedalaman
yang terpencil maupun pesisir. Misalnya,
siswa yang berada di Kecamatan Kaliorang,
Karangan, Kaubun dan Sandaran terhalang
risiko gelombang besar untuk datang ke
Kantor Pos Sangkulirang guna mengambil
bantuan.
Sementara itu, Kepala SDN 009 Desa
Kaliorang, Kecamatan Kaliorang, Rusnomo
mengatakan, BSM ini memang mampu
mengatasi persoalan orangtua murid yang
tergolong miskin, termasuk puluhan anak
dari suku Basap.
Dijelaskan Rusnomo, SD yang dipimpinnya
memiliki 155 murid. Mayoritas
mendapatkan BSM dan 34 murid di
antaranya berasal dari suku Basap.
“Untuk dari siswa suku Basap ini, BSM
diberikan dalam bentuk buku, sepatu, tas,
baju seragam dan biaya transportasinya,”
kata Rusnomo.
Dikatakan Rusnomo, pada tahun lalu
bantuan memang diberikan dalam bentuk
uang tunai, tetapi uang itu dihabiskan
orangtua murid dari suku Basap untuk
membeli tembakau, rokok dan kebutuhan.
Makanya tahun ini, bantuan langsung
diganti dengan barang.
Khusus untuk buku tulis, pihak sekolah
kerap kewalahan. Setiap hari, murid
menggunakan satu buku tulis. “Setelah
kami telusuri ke rumahnya, ternyata buku
tulis anaknya digunakan orangtuanya
untuk melinting rokok,” katanya.
Dengan demikian, Rusnomo mengatakan
pihaknya harus mendirikan sekolah filial
khusus untuk anak suku Basap, karena
banyak di antara mereka tidak mau sekolah
naik kendaraan. Maunya jalan kaki.
Padahal jarak antara pemukiman mereka
dengan sekolah adalah sekitar 5 Km.
Karena itu, sekolah filial yang berlokasi
lebih dekat, digunakan mengajari anak-
anak suku Basap agar memiliki
kemampuan menulis dan keterampilan
umum lainnya.
“Untuk tahun 2013 ini, BSM belum cair,
karena Kantor Pos di Sangkulirang masih
rusak. Saya sudah hubungi petugas Kantor
Pos Sangkulirang, tapi katanya alat rusak
jadi dananya belum bisa cair,” tukas
Rusnomo. (jn/lee) sapos.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar